Tuesday 26 August 2014

Evolusi Mobil Reli Dunia - Part 2 (GroupB = Beda, Muda, dan Berbahaya)

Kalo liat judul di atas otak kita pasti teralihkan ke lagunya Superman Is Dead. Yes, kira-kira itulah kata-kata yang pantas disematkan ke generasi mobil reli Group B. I will explain why:
  • BEDA             = Mobil Group B yang digunakan di reli sangat berbeda dengan mobil versi produksi massal.    Ya bisa dibilang seperti prototype.
  • MUDA            = Karena "usia" spek Group B yang tergolong sangat pendek. dari 1983-1986. Hanya  4 taun...!
  • BERBAHAYA = Mobil Group B ini sangat berbahaya. Why? karena tenaga yang dikeluarkan melebihi yang diperlukan di balap reli. Ingat, di balap Reli POWER hanya no.2. HANDLING no.1..!
Selain itu, mobil ini sangat sulit dikendalikan, karena kombinasi power mesin yang besar + sasis yang ringan dan sophisticated, dan standar keamanan yang sangat rendah waktu itu. Bahkan pembalap bisa melaju di SS tanpa helm..!



Dan kenapa mobil-mobil ini masih dieluk-elukan? Sampai-sampai banyak fans yang ingin agar generasi ini kembali (meskipun itu hampir gak mungkin, kecuali kalau mau pindah haluan ke rallycross)? HERE IS WHAT U NEED TO KNOW.

HISTORY MAKER

Sebenarnya mobil-mobil Group B udah lahir pada taun 1979, ketika FISA (Organisasi bawahan FIA untuk mengurusi segala bentuk balapan mobil) melegalkan sistem 4 Wheel Drive. Meskipun begitu, banyak pabrikan mobil yang enggan menggunakan sistem 4WD karena dianggap berat dan dapat mempengaruhi performa mobil. Semua itu berubah ketika Audi meluncurkan mobil  4WD Quattro. Dan pada taun 1982, FISA menetapkan Group B sebagai basis baru menggantikan Group 4 (udah dijelasin di Part 1) dan Group 5 (spek dibawahnya Group 4).

Sebenarnya, FIA juga memperlakukan Group A sebagai pengganti Group 5. Namun tidak seperti Group B, mobil-mobil yang masuk di spek ini dibatasi segalanya. Mulai dari teknologi, mesin dan lain-lain, serta harus memenuhi homologasi sebanyak 5000 unit/tahun. Tujuannya supaya lebih murah, berujung pada banyaknya tim-tim privat yang masuk di WRC (Saya sudah menjelaskannya di Part 3). Selain itu ada juga Group C, dengan batasan yang lebih ketat ketimbang Group A. Tapi yang menjadi primadona jelas Group B. Dalam 4 tahun yang singkat, Group B menjadi legenda bagi pecinta reli.

THE "ROADZILLA" CARS

Audi Quattro A1, Group B's "Godfather"
Revolusi dunia balap reli dimulai ketika Audi meluncurkan Quattro, dimana pada debutnya di Rally Portugal 1980, Quattro (yang masih menggunakan versi Beta) mampu 30 menit lebih cepat dari pemenang reli tersebut! Itu karena Group B dan Group A itu ibaratkan seperti Kuda dan Keledai. Batasan dalam regulasi teknis mobil Group B sangat longgar. Mau pake Supercharger, Turbocharge ato BAHKAN keduanya gak masalah, begitu pula dengan material.Tidak seperti mobil-mobil reli sekarang dimana hanya menggunakan fiberglass (kecuali di area proteksi), bodi mobil-mobil group B ini menggunakan campuran serat karbon dan Kevlar. Namun satu faktor yang paling besar adalah sistem 4 Wheel Drive yang mampu meningkatkan traksi di medan yang sulit dan lebih hemat ban. Meskipun sempat ditolak oleh pabrikan lain, Audi membuktikan bahwa, Inilah masa depan Group B dan penerusnya.
 
Lancia 037
Segera setelah kesuksesan Audi dengan pembalap wanita Michel Mouton menempati posisi runner-up pada tahun 1982, pabrikan mobil lain berbondong-bondong memproduksi mobil Group B. Lancia meluncurkan tipe 037, dan langsung menjadi saingan Audi. Hanya saja, Lancia 037 masih memakai sistem Rear Wheel Drive dan Supercharged, membuat mobil ini mudah keok di lintasan gravel ataupun salju, namun lincah di atas lintasan aspal. Selain itu, Opel meluncurkan mobil  Manta 400, Toyota mengandalkan model Celica (Jangan samakan dengan Celica versi Group A). Mobil-mobil ini sukses di kerjuaraan regional, tapi sayangnya mereka tidak kebagian jatah di WRC, meskipun Bjorn Waldegard memenangi Rally Pantai Gading 1983. Di akhir musim, pembalap Audi Hannu Mikola menjadi juara dunia, tapi beberapa error dari Audi membuat Lancia merengkuh titel manufaktur dengan 037.

Peugeot 205 T16
Pada tahun 1984 munculah Peugeot 205 T16 dengan dipersenjatai dengan mid engine dan sasis space frame, dan langsung mengalahkan 037 dan Quattro, dimana nama terakhir tersebut mulai menua dan konfigurasi front engine dan sasis monokok mulai takluk. Selain mobil buas, Peugeot juga mempunyai pembalap sekaliber Ari Vatanen dengan bos tim Jean Todt (Sekarang presiden FIA). Audi pun langsung bereaksi dengan meluncurkan Sport Quattro S1 untuk menggantikan A1, namun terlambat. Peugeot langsung merengkuh double title tahun 1985 dengan perokok berat Timo Salonen dengan co-driver Seppo Harjane (yang nantinya menjalin kerjasama penuh sukses dengan Tommi Makinen), meskipun harus dibayar dengan kecelakaan mengerikan yang dialami oleh Ari Vatanen di Argentina. Dari sinilah semuanya tidak lagi sama.

MG Metro 6R4

Ford RS200

Lancia Delta S4

Tahun 1986 kick-off  dengan Lancia meluncurkan Delta S4, Ford kembali setelah beberapa tahun vakum dengan RS200, dan MG datang dengan Metro 6R4. Di sisi lain, Peugeot merevisi mobil 205 T16 mereka, sementara Audi meluncurkan Quattro S1 Evo2. Ada juga Citroen, saudara Peugeot dengan mobil BX 4TV, namun gagal total di ajang WRC Group B ini, dan baru berhasil 2 dekade kemudian dengan Xsara dan C4.


Tapi dari semua mobil ini, Delta S4 adalah mobil ter-super duper hebat. Mereka menggabungkan sistem turbocharger dan supercharger, dikenal dengan twincharger dipasang di mesin 1.8L 16V, ditambah dengan berat hanya 890kg (mobil World Rally Car sekarang 1200kg, tanpa pengemudi). Result? 0-100 km/j hanya dalam waktu 2.3 detik..........di GRAVEL..!!!

THE UNBORN GROUP S

Lancia ECV
Di balik superiornya mobil Group B, FIA ternyata menyiapkan regulasi mobil yang lebih super dari Group B, meskipun power dikurangi hingga 300 tenaga kuda, ukuran mobil yang lebih kecil, bahan-bahan eksotik yang semakin merajalela dalam wujud mobil GROUP S. Regulasi ini membuat mobil reli semakin berwujud "prototype", dengan hanya 10 mobil yang harus terjual untuk homologasi.

Toyota 222D Group S
Regulasi ini sudah diumumkan sebelum musim 1986 bergulir, dan beberapa pabrikan seperti Toyota, Lancia dan Audi telah membuat dan mengembangkan mobil yang cocok dengan regulasi Group S. Sayangnya, setelah berbagai tragedi, Group S sudah punah sebelum lahir. Fans pun menyayangkan keputusan ini karena Group S, menurut mereka, akan lebih aman dari Group B, dan lebih menyenangkan untuk balap dari mobil Group A. Bagaimanapun, sepuluh tahun kemudian Group S muncul dalam bentuk World Rally Car (sudah dibahas di Part 4).

A PREMATURE END
Attilio Bettega tewas di Tour de Corse 1985
Semuanya berawal dari Tour de Corse di kepulauan Korsika, Prancis pada tahun 1985. Attilio Battega tewas ketika Lancia 037-nya menghujam area pepohonan di pegunungan Korsika, namun semua orang masih mengangap itu hal yang "biasa" saja. Dan tibalah saatnya Rally Portugal setahun kemudian.

Tapi sebelumnya kalau mentalmu tidak kuat, JANGAN LIHAT VIDEO INI.



Joaquim Santos tidak mampu mengontrol Ford RS200 yang keluar jalur di stage "Lagoa Azul" dan menabrak penonton yang berada tepat di pinggiran jalan. Tiga orang tewas dan tiga puluh satu lainnya luka-luka. Setelah reli itu, Ford langsung mengundurkan diri dari WRC, dan Group B pun mulai dipertanyakan dalam segi kecepatan maupun keamanan.  



Sebulan kemudian lebih tragis lagi. Tour De Corse kembali memakan korban. Kali ini adalah pembalap Lancia lainnya, the rising star, Henri Toivonen dan navigatornya Sergio Cresto (yang juga merupakan mantan navigator Battega). Di awal musim 1986 Toivonen merupakan favorit, dimana status itu semakin kuat ketika dia memeangi Rally Monte Carlo yang bergengsi. Di Reli Korsika sendiri dia memimpin balapan, sampai di SS18 ketika Lancia Delta S4-nya terjun ke jurang.Kombinasi tangki bahan bakar bocor, turbocharger yang panas dan bodi yang terbuat dari kevlar membuat mobil langsung terbakar. Toivonen dan Cresto tewas di tempat. Penggunaan tangki bahan bakar fleksibel bisa jadi dapat menyelamatkan mereka.
 
Yang tersisa dari Lancia Delta S4-nya Toivonen
 FIA pun sangat terpukul dengan insiden tersebut, dan beberapa jam kemudian mobil-mobil Group B langsung dilarang, dan wacana Group S juga dibatalkan, dan berujung di hampir semua ajang motorsport yang menggunakan turbo dilarang, termasuk Formula 1. Alhasil Group A dijadikan sebagai standar baru untuk mobil reli mulai musim 1987. Di akhir musim 1986 Juha Kankkunen menjadi juara dunia dengan Peugeot 205.

THE DAY AFTER GROUP B

Peugeot 205 T16 versi Dakar
...dan Versi Pikes Peak
Meskipun mobil-mobil Group B sudah dilarang dari WRC, tapi mereka tidak sepenuhnya menghilang dari balapan. Peugeot langsung cabut dari WRC setelah musim 1986, dan memakai mobil 205 yang ikonik di Dakar Rally. Selain itu balapan hillclimb Pikes Peak dijadikan ajang untuk membuktikan mobil Group B yang paling cepat. Audi memeangi edisi 1987, dan Peugeot merebutnya dua tahun berturut-turut.
 



Yang mengambil keuntungan dari terusirnya mobil Group B dari reli adalah rallycross. Mobil-mobil buat Group B yang homeless kemudian pindah ke taman bermain European Rallycross Championship. Meskipun Group B menghilang di akhir 1993 karena tidak ada lagi pengembangan mobil-mobil tersebut, spirit-nya masih ada sampai sekarang.

Mobil-mobil ini bisa dibilang gila, tapi mereka "Dewa"nya dunia balap reli, dan mereka akan terus abadi, SELAMANYA.

Next: Part 3 (Group A, Perantara WRC yang "terlupakan")

No comments:

Post a Comment