Friday 30 January 2015

#Who'sThat?: Robert Kubica

Halo...!

Rallye Monte Carlo sudah usai, tapi masih ada 1 topik panas di antara fans rally. Bukan lagi soal Sebastien Loeb, yang melakukan comeback, bukan Seb Ogier, bukan lagi Citroen DS3 R5 yang baru saja meraih kemenangan pertamanya, tapi soal Robert Kubica. Ini video kompilasi aksinya selama 4 hari di Monte:



Dan ini beberapa screenshot komentar publik di social media:




Aksinya di Monte membuat dia mendapatkan banyak pujian karena gaya membalapnya yang flat out ala Colin McRae, di sisi lainnya banyak pula yang kritik inkonsistensinya, bahkan duo Sebastien, Loeb dan Ogier memujinya sebagai "salah satu yang terbaik saat ini". Padahal Kubica masih orang "baru" di WRC, ini adalah tahun ketiganya dia mengikuti kompetisi ini, dan tahun kedua di kasta tertinggi. Siapakah dia? Kami akan membahasnya:


THE BORN OF THE POLISH MADBOY

Robert Józef Kubica (dibaca ku-bit-sah, bukan ku-bi-ka) lahir di Krakow, 7 Desember 30 tahun yang lalu. Di usia 4 tahun dia sudah jatuh cinta dengan yang namanya BALAPAN, begitu dia melihat sebuah mobil off-road mini yang hanya punya 4 tenaga kuda (!), dan setelah diskusi panjang...eh,  lebih tepatnya merengek kepada ayahnya, Artur,....ya seperti inilah:

Robert: Papa, papa, aku mau mobil itu.. >.<
Artur: Tunggu nak, kamu masih kecil...
Robert: Gak mau, aku maunya sekarang. Aku janji deh, pa, aku akan lebih rajin belajar :(
Artur: Oke deh, Bobby K. Ayo ikut papa beli mobil...
 
Dia diberikan sebuah mobil mini dan dia memakainya untuk balapan di antara botol-botol air minum bekas. Usia semakin bertambah, dan dia pun ingin yang lebih baik, Artur kemudian membelikannya go-kart.
Pahlawan hidup Bobby K
Yang menjadi masalah adalah, Kubica belum bisa mengikuti kejuaraan go-kart di Polandia karena masih di bawah umur (Sabarlah dikit, Bob). Dan ketika dia mulai terjun di ajang itu, dia merebut 6 titel juara dalam 3 tahun..! Setelah itu, dia merasa bosan di dalam negeri dan memutuskan untuk hijrah ke Italia, dan di tahun 1998 dia menjadi pembalap non-italia pertama yang menjuarai kejuaraan di sana. Sejak itu prestasinya terus meningkat, menjadi runner-up di kejuaraan Eropa dan Dunia di tahun 2000, dan menang 2 kali di Junior Monaco Kart Cup, dimana treknya diambil sebagian dari sirkuit F1 (dan juga kadang-kadang dipakai di WRC).


Setelah itu, dia mulai seriusi single seater formulae, menjadi test driver di Formula Renault 2000, kemudian di balapan pertamanya dia meraih pole position, dan kemudian di tahun 2002 dia memenangi 4 balapan dan meraih runner-up di kejuaraan Italia, dan peringkat ketujuh di kasta Eropa. Selanjutnya dia pindah ke Formula 3 EuroSeries, tapi debutnya sempat tertunda akibat kecelakaan lalu lintas, yang mengakibatkan dia mengalami patah lengan, dan terpaksa membalap di Norisring, Jerman dengan kruk dan 18 sekrup Titanium di tubuhnya. Ajaibnya, dia menang di Race 1, dan juara kedua di Race 2..! Singkat cerita, karirnya terus berkembang sampai akhirnya dia menjadi juara di World Series by Renault, dan dia pun direkrut menjadi test driver Renault F1.

KARIR F1 PENDEK UNTUK SI JANGKUNG

Tahun 2006, dan dia direkrut menjadi pembalap tes BMW Sauber, yang baru saja masuk di F1 sebagai tim pabrikan BMW, tapi dia sudah membuat petinggi tim terkesan. Dan ketika Legenda F1 Kanada, Jacques Villeneuve cedera setelah kecelakaan di GP Jerman, Kubica pun menggantikannya. Kubica pun langsung tampil impresif di GP Hungaria, dengan start di posisi 9, unggul dari rekan setimnya (yang lebih berpengalaman) Nick Heidfeld, dan kemudian finish ketujuh, yang berarti 2 poin di debut F1-nya. Sayangnya dia harus didiskualifikasi karena mobilnya kekurangan bobot. Setelah itu Villeneuve pun pensiun, dan Kubica pun dipertahankan sampai akhir musim.


Tapi salah satu highlights di karir F1-nya adalah di GP Italia 2006 di Monza, dimana dia finish ketiga, menjadi orang Polandia pertama yang berada di podium, dan dia juga sempat memimpin balapan (di saat yang sama juga Michael Schumacher mengumumkan pensiunnya yang pertama). Tapi setelah itu dia tidak mendapatkan poin, tapi itu tetap cukup untuk membuatnya dikontrak 1 musim penuh di tahun 2007. Musim pertamanya di F1 berjalan mulus, setidaknya sampai di di lap ke-27 di GP Kanada di Montreal, dia sedang bertarung dengan Toyota milik Jarno Trulli, dan begitu dia sampai di hairpin di tikungan 10, sesuatu yang mengerikan terjadi...


Mobil BMW Sauber yang dikendarainya melakukan kontak dengan mobil Trulli, menyebabkan sayap depannya rusak dan kehilangan downforce, membuatnya mobilnya terangkat dan menghujam tembok pembatas dalam kecepatan 300 km/jam, dan g-force yang terdeteksi adalah 75 G. Berkat Tuhan (tentunya..!) dan standar keamanan yang tinggi di F1 membuatnya hanya mengalami gegar otak dan kaki terkilir. Padahal dampak kecelakaannya sama dengan yang dialami Roland Ratzenberger di GP San Marino 1994. Tapi itu tetap membuatnya absen di GP AS, kurang dari seminggu setelah Kanada. Konsistensinya cukup untuk membawa BMW Sauber berada di tempat kedua di klasemen konstruktor di belakang Ferrari.


Musim 2008 adalah musim terbaiknya di F1, dengan meraih pole position di Bahrain, dan 2 podium posisi kedua di Malaysia dan Monako, sampai dia kembali ke Kanada, tempat dimana kecelakaan horornya terjadi setahun lalu, dan uniknya, dia memenangi balapan itu..! Ya memang sedikit beruntung karena Lewis Hamilton menabrak Kimi Raikkonen, tapi itu adalah kemenangan pertamanya (dan satu-satunya) di F1, pertama untuk BMW Sauber, dan itu membuatnya menjadi kandidat juara dunia, sebelum akhirnya nyerah di seri ke-17 dari 18 di China. Kubica finish di posisi 4 dengan 75 poin.

Tahun berganti ke 2009, dan semuanya menjadi buruk. Memang dia sempat berada di posisi kedua di Australia sebelum ditabrak Sebastian Vettel, tapi baru di seri ketujuh di Turki dia mendapatkan poin, dan baru di seri kedua terakhir di Brasil lah dia naik podium, dan juga menjadi podium terakhir bagi BMW Sauber, yang mengundurkan diri di akhir tahun, dan dia hanya bisa finish ke-14 dengan 17 poin.


Menyongsong tahun Piala Dunia, 2010, Kubica pun direkrut tim Renault F1, yang pernah dia bela semasa remajanya. Meski tim tersebut sedang dipertanyakan masa depannya karena kasus crashgate dan kesulitan finansial, Kubica langsung tampil bagus dengan podium di Australia, Monako dan Belgia, dan konsisten juga dalam mencetak poin. Ini membuatnya mulai dilirik Ferrari untuk menggantikan Felipe Massa yang tampil melempem waktu itu. Kemudian tahun 2011, dan Kubica masih bersama Renault, yang kini bernama Lotus Renault GP. Dia sempat mencatat waktu tercepat di sesi tes, dan kelihatan dia dengan mobil Renault R31 yang radikal terlihat menjanjikan, sampai dia berpatisipasi di Rally Andorra...

NYARIS KEHILANGAN TANGANNYA, TAPI SUDAH KEHILANGAN KARIR F1





Mobil Skoda Fabia S2000 yang dikendarainya (ini pertama kalinya dia membalap dengan mobil S2000) menabrak pagar Armco, dan tragisnya, ada mobilnya menghantam ujung pagar Armco, dan mobilnya seperti "disate". Navigatornya Jakub Gerber tidak cedera sedikitpun, tapi Robert mengalami remuk di tangan kanannya, patah tulang bahu, kaki dan retak di siku, serta kehilangan banyak darah, dan butuh 1 jam lebih untuk bisa mengeluarkannya. Kubica kemudian dioperasi selama 7 jam di Italia, dan 2 operasi lainnya di minggu yang sama. Kubica pun harus melewatkan musim 2011, dan kemungkinan besar mengakhiri karier F1-nya.

BERKAH DIBALIK MUSIBAH



Yep, dan setahun setelah insiden tersebut, Kubica kembali ke lintasan balap, tapi kali ini ke balapan yang nyaris merenggut nyawanya. Yep, rallying. Balapan pertamanya sejak GP F1 Abu Dhabi 2010 adalah Ronde Gomitolo Di Lana di Italia, dengan mengendarai Subaru Impreza WRC07, dan dia menang..! Tren positif itu dia lanjutkan di 2 rally lainnya di Italia.


Tahun 2013 adalah tahun pertamanya berkompetisi di rally secara penuh, dengan tampil di WRC-2 dan ERC, keduanya dengan Citroen DS3 RRC yang dilengkapi dengan sistem paddle shifter (sebagai kompensasi karena keterbatasannya), dan ditemani oleh co-driver Maciek Baran. Rally pertamanya di tingkat dunia adalah Rallye Portugal. Dia langsung tampil mengesankan, meskipun beberapa kecelakaan dan masalah mekanis membuatnya finish ke-6, terakhir dari semua kontestan WRC-2. Tapi setelah itu dia langsung menggila dengan menjuarai 5 event, dan satu peringkat kedua, lebih dari cukup untuk merebut titel juara dunia WRC-2 dari rivalnya, Abdulaziz Al Kuwari, gelar pertamanya sejak 2005, dan dia juga meraih penghargaan FIA Personality of The Year. Selain itu, dia juga dihadiahi kesempatan tampil di Wales Rally GB oleh Citroen dengan DS3 WRC (Sayangnya dia crash), dan juga mengetes mobil turing DTM yang mewah, dan membantu tim Mercedes F1 dalam mendominasi F1 2014 lewat simulator.


2014 adalah tahun pertamanya di WRC, dengan mengendarai Ford Fiesta RS WRC yang disiapkan oleh M-Sport, dan navigator baru, Maciej Szczepaniak (Agak susah nyebut namanya). Tapi sebelumnya dia tampil di Janner Rallye di Austria, dan berhasil menang di rally yang masuk di kalender ERC, dan mendapatkan gelar "Ice Master", karena aksinya di event tersebut. Tapi Selanjutnya adalah masalah. Ya, dari 13 seri dia hanya berhasil meraih poin di 3 seri saja, karena berangkai kecelakaan dan masalah yang menimpanya. Ini membuat komitmennya di WRC sempat dipertanyakan. Meskipun begitu, dia mampu memenangi 5 SS, melebihi targetnya yang hanya 1 saja. Not bad.


Setelah beragam spekulasi, Kubica memutuskan untuk stay di WRC umtuk musim ini, masih dengan Ford Fiesta RS, tapi sudah tidak disiapkan lagi sama M-Sport. Kubica pun memutuskan untuk membuat tim sendiri, RK WRT, yang krunya berasal dari tim A-Style, Italia. Meskipun begitu, dia langsung tampil panas di Monte Carlo kemarin, dengan 4 SS berhasil dia rebut, kedua terbanyak dari Sebastien Loeb. Kalau seandainya dia tidak mengalami masalah dengan sistem elektrikal di hari pertama, dan remnya tidak jebol di hari terakhir, dia berada di podium. Tapi jalan masih panjang, dan bukan gak mungkin itu terjadi. Bukankah begitu, Bob?

No comments:

Post a Comment