Sunday 11 October 2015

BREAKING NEWS: Aturan Baru WRC 2016 (The LAST Breed of the Production Racer)

The Shocking News has just arrived...


Hasil rapat World Motorsport Council yang digelar FIA di akhir September silam melahirkan beberapa aturan baru untuk WRC tahun 2016, seperti:

  1. Kalender sementara WRC 2016 berjumlah 14 reli telah rampung, dengan China/Tiongkok (Saya tidak tau yang mana yang harus dipakai, tapi saya lebih suka pakai kata 'China') masuk ke kalender tersebut.
  2. Pembalap yang harus restart lewat regulasi Rally-2 akan start di urutan paling belakang. Itu berarti pemimpin klasemen di setiap kategori akan selalu menjadi penyapu jalan. Sebelumnya para pembalap yang restart mengemban tugas tersebut.
  3. Pembalap wajib menyelesaikan minimal 51% dari itinenary reli yang diselenggarakan untuk mendapatkan poin secara penuh. Kurang dari itu, setengahnya akan diberikan.
  4.  Kapasitar turbo restrictor di mobil kelas S2000-Rally 1.6T, atau RRC (Regional Rally Car) akan dikurangi, meskipun belum diketahui berapa ukuran restrictor baru yang akan dipakai mulai tahun 2016 (kapasitas restrictor sekarang sebesar 31mm). Otomatis, mobil kelas R5 akan menjadi mobil utama di WRC-2, dan akan segera diperlakukan di kejuaraan regional di seluruh dunia.
  5. Mesin supercharged akan diperbolehkan untuk mobil kelas R2.
Tapi ada 1 perubahan yang bisa dibilang akan sangat berpengaruh di dunia reli, bahkan dunia otomotif secara keseluruhan:
FIA memutuskan akan mengakhiri kelas Production Cup di WRC-2..!

Dengan kata lain, kita tidak akan melihat aksi2 mobil-mobil seperti Subaru Impreza WRX STi dan Mitsubishi Lancer Evo X musim depan.

Tapi kenapa? Apa Faktor yang menyebabkan kelas legendaris ini di-stop?

The (Hi)Story Begins with Group A


Mobil-mobil sedan/hatchback high performance dengan transmisi 4 Wheel Drive sudah muncul di dunia reli sejak 1987. Waktu itu mobil-mobil Group B yang dikenal ganas baru saja dilarang oleh FIA setelah sejumlah insiden fatal setahun sebelumnya, dan regulasi baru Group A langsung merajai WRC, dengan Lancia Delta HF Integrale sebagai pemimpinnya.

Singkat cerita, Lancia kemudian mendominasi WRC dengan merebut 6 gelar konstruktor secara berturut-turut, dan juga 4 gelar pembalap (dengan Juha Kankkunen dan Miki Biasion). Selain Delta Integrale, mobil-mobil seperti Ford Sierra RS Cosworth, Mazda 323 dan Nissan 200SX juga turut hadir.

Toyota Celica GT-4
Kemudian memasuki dasawarsa terakhir di abad ke-20, pabrikan asal Jepang, Toyota menjadi penantang serius dengan Celica GT-4. Hasilnya? Carlos Sainz sukses merebut 2 gelar juara dunia bersama Celica. Tidak lama kemudian, pabrikan-pabrikan asal Jepang lainnya muncul. Subaru dengan Legacy RS, dan kemudian beralih ke Impreza 555, dan di saat yang bersamaan Mitsubishi muncul dengan Lancer Evolution, yang menjadi pengganti Galant VR-4.

Subaru Impreza 555
Setelah Lancia mengundurkan diri di akhir tahun 1992, Toyota langsung menguasai WRC dengan meraih 2 titel pembalap & konstruktor berturut-turut, dan Subaru kemudian merebut gelar konstruktor di tahun 1995-97 dan 1 gelar juara pembalap di tahun 1995 bersama mendiang Colin McRae.

Mitsubishi Lancer Evo 5
Mitsubishi, dengan pembalap andalannya Tommi Makinen kemudian merebut 4 gelar pembalap di tahun 1996-99, dan 1 gelar konstruktor di tahun 1998.

Di tahun 1996 FIA mengeluarkan regulasi baru di WRC: Mobil spek World Rally Car diplot menjadi spesifikasi mobil di kelas WRC yang baru, menggantikan Group A. Mitsubishi tetap menggunakan formula Group A sampai pertengahan tahun 2001, dan Subaru, meskipun mengikuti regulasi WRC, tetap mengembangkan mobilnya berdasarkan regulasi Group A.

Artikel lengkap soal Group A dapat anda baca DISINI, dan soal World Rally Car DISINI.

Group N Switch

Mitsubishi Lancer Evo 5 Gr. N, rebadged sebagai Proton PERT
Regulasi Group A hilang, dan Group N, yang basisnya sama dengan Group A tapi modifikasi dibatasi lebih ketat) menerima apa yang saya juluki 'Para Mobil Legendaris yang Terbuang'. Kejuaraan Group N sudah dimulai bersamaan dengan Group A di tahun 1987 dengan nama FIA Cup for Production Rally Drivers, dan 15 tahun kemudian kompetisi tersebut kemudian di-restruktur dengan nama baru P-WRC (Production WRC).

Pada awalnya mobil-mobil kelas Group A dapat terjun di kejuaraan Group N karena mudahnya konversi dari Gr. A ke Gr. N, dan sebaliknya. Tapi sejak regulasi WRC mulai dipakai sejak tahun 1997, P-WRC mulai sepi peminat, dan mulai berdampak ke penjualan. Alhasil, beberapa pabrikan tidak lagi membuat mobil-mobil sedan 4WD dengan turbo.

Tahun 2012, dan untuk terakhir kalinya kelas P-WRC digelar, dan tercatat hanya ada 2 jenis mobil yang berpatisipasi:
Mitsubishi Lancer Evo IX & X, dan Subaru Impreza WRX STi.

Soft Closing

Subaru Impreza WRX STi
Kelas P-WRC pun berganti nama menjadi WRC-3 mulai tahun 2013, dan juga regulasinya: mobil spesifikasi R1, R2 dan R3 dengan 2WD. Dan sekali lagi, mobil kelas Group N tidak mendapatkan tempat untuk 'bermain'.

FIA kemudian memutuskan untuk mobil kelas Group N bertanding di kelas WRC-2 (Sebelumnya Super 2000 WRC / S-WRC) bersama mobil-mobil kelas Super 2000, Regional Rally Car (RRC) dan R5. Group N pun kemudian diubah menjadi Group R4, dan tidak ada lagi mobil baru yang dihomologasikan. Dengan kata lain, FIA membiarkan Group R4 akan 'mati' secara perlahan.

Meskipun Production Driver's Cup dibentuk sebagai cabang kejuaraan dari WRC-2, mobil-mobil kelas Group R4 tidak lagi mampu menghadang mobil-mobil yang masuk di 3 kategori tersebut, dan semakin tidak kompetitif karena minimnya pabrikan yang ikut serta. Hal itu diperparah dengan keputusan Mitsubishi untuk tidak lagi memproduksi Lancer Evolution Series di akhir tahun ini.

In The End


Dan di akhir September 2015 FIA memutuskan untuk menghapus Production Cup dari WRC-2 di akhir musim ini. Buat saya, keputusan ini tergolong mengejutkan, dan juga membuat air mata bercucuran karena tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kehebatan dan keagungan mobil-mobil high performance 4WD.

Di tahun terakhirnya di kejuaraan dunia, kita akan melihat pertarungan antara 3 pembalap untuk merebut gelar tersebut. Max Rendina sekarang memimpin dengan total poin 110, unggul 6 poin dari Gianluca Linari, tapi dia sudah kehabisan 7 jatah reli yang dinominasikan di klasemen.




Linari sendiri masih mempunyai 1 jatah yang tersisa, dan dia hanya perlu finish keenam/lebih baik untuk mendapatkan gelar tersebut. Navigatornya, Nicola Arena, yang juga menjadi navigator pembalap Indonesia Subhan Aksa, memimpin klasemen co-driver, diuntungkan dengan Rendina yang menggunakan 2 navigator berbeda.


Apakah sesimpel itu? TIDAK. Karena Joan Carchat, yang menempati posisi 3 di klasemen dengan 90 poin masih mempunyai 2 jatah reli yang dapat dinominasikan, meskipun belum diketahui apakah dia akan mengikuti 2 seri tersisa di Spanyol dan Wales. Pembalap asal Andorra tersebut harus menang setidaknya salah satu dari 2 reli tersebut dan 1 top 5 finish untuk menjadi juara.

Akhir Kata
 
Siapapun yang menjadi juara, pembalap dan navigator pasti akan bangga karena nama mereka tercatat di sejarah balap reli sebagai penutup kisah manis Group A>Group N>Group R4.



Subaru & Mitsubishi, we will miss you so much.

No comments:

Post a Comment