Kita semua masih ingat ketika Hayden Paddon baru saja meraih kemenangan pertamanya di WRC di Rally Argentina setelah pertarungan alot dengan juara bertahan Sebastien Ogier.
Meskipun menerima kekalahan tersebut, Ogier (seperti biasa) mengomel, kali ini tentang starting order atau urutan start. Bahkan pada hari Sabtu malam setelah Hari ketiga, ketika sesi konferensi pers digelar Ogier dan Paddon sempat berdebat tentang hal tersebut.
Setelah reli tersebut usai, Ogier kembali mendebatkan hal yang sama, dan dia bahkan menyebut WRC sekarang menjadi seperti sebuah lelucon.
The History
Ketika World Rally Championship digelar pada tahun 1973, para pembalap tidak terlalu mempermasalahkan urutan start. Kenapa? Karena waktu itu mobil belumlah secepat sekarang. Selain itu level kompetisi belumlah sekeras sekarang.
Tapi, sejak era modern rallying dimulai pada akhir 1980-an mobil, pembalap, dan juga kompetisi mulai berkembang, dan kemudian sadar akan betapa ruginya start di urutan pertama.
Federasi Otomotif Dunia, atau FIA, sudah mencoba beberapa versi dari aturan tersebut, mulai dari pemimpin reli menjadi pembalap pertama yang start, sampai sistem kualifikasi juga sempat diujicoba sebelum regulasi terbaru diimplementasikan pada tahun 2015 silam.
Berikut perubahan-perubahan yang dilakukan oleh FIA Sumber: juwra.com):
1973-2001, 2008-2014
Aturan waktu itu sangatlah simpel. Urutan start ditentukan berdasarkan klasemen pembalap, yang berarti pemimpin klasemen akan start pertama, pembalap yang berada di posisi kedua akan start kedua, dst.
Sejak akhir tahun 1980-an, tapi secara khusus awal 90-an, khususnya ketika selisih waktu antara satu pembalap dengan yang lainnya tergolong tipis, pembalap yang berada di posisi pertama dengan sengaja melambat selama beberapa detik di akhir SS terakhir pada suatu hari agar dia tidak start di urutan pertama di hari selanjutnya.
Di sisi lainnya, ada pembalap yang justru berusaha sekuat mungkin untuk memperlebar jarak, agar ketika dia start di urutan pertama di hari selanjutnya, dia akan kehilangan waktu, tapi tidak terlalu berefek pada posisinya.
Contohnya? Lihatlah video di bawah ini, dan lompat ke menit 15.00-15.56.
Praktik tersebut tidaklah curang atau licik, melainkan cerdik. Tapi di sisi lainnya hal tersebut dapat pula dianggap tidak adil.
Regulasi tersebut kembali dipakai pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2014. Dan lagi-lagi para pembalap dan tim memakai praktik melambat di akhir SS terakhir di suatu hari agar mendapatkan urutan start yang diinginkan. Jadi FIA melakukan suatu gebrakan baru...
1999 & 2001 (Khusus Rally Australia)
Di tahun tersebut, panitia Rally Australia mencoba aturan baru, demi 'kompetisi yang lebih sengit'.
Aturan tersebut adalah setelah SS terakhir, yang biasanya digelar di SSS Langley Park, para pembalap berkumpul, dan kemudian dipanggil oleh panitia untuk memilih urutan start yang diinginkan. Urutan pemanggilan tersebut berdasarkan hasil reli setelah hari tersebut.
Sistem tersebut menjadi kontroversi di edisi 2001 dimana Alm. Colin McRae datang terlambat di sesi tersebut, dan dipaksa untuk mundur ke urutan paling terakhir, yang berarti dia bisa saja start pertama kalau saja rekan setimnya di Ford, Francois Delecour tidak dipaksa untuk memilih urutan start pertama.
Masih tidak mengerti? Tontonlah video ini mulai menit 21.38-23.47.
2002-2007, 2014
Sedikit perubahan diterapkan kali ini. Di hari pertama (kecuali Super Special Stage dan Street Stage) 15 pembalap akan start berdasarkan urutan di klasemen, dan sisa harinya urutan tersebut diputarbalikkan.
Sistem tersebut kembali digunakan pada tahun 2014.
2012-2013
Sesi Shakedown digunakan sebagai sesi kualifikasi. Para pembalap mendapatkan jatah latihan sebanyak 2 kali dalam kurun waktu 2 jam sebelum kemudian melakukan sesi kualifikasi. Setiap pembalap akan dilepas dalam kurun waktu 2 menit.
Pembalap tercepat dapat memilih urutan start yang diinginkannya, kemudian diikuti oleh pembalap tercepat kedua, dan seterusnya. Semakin lambat catatan waktu di sesi kualifikasi berarti semakin sedikit pilihan.
Regulasi ini hanya dipakai di kelas WRC, dan hanya berlaku di reli gravel dan salju, yang berarti reli aspal dan Rallye Monte Carlo tetap memakai regulasi sebelumnya.
Sistem ini masih dipakai di European Rally Championship (ERC).
Ini dia video dimana sesi kualifikasi untuk terakhir kalinya digelar di WRC:
2015-sekarang
Urutan start di hari pertama (Kecuali SSS dan Street Stage) ditentukan oleh posisi di klasemen, yang berarti pemimpin klasemen start di urutan pertama. Hal tersebut juga berlaku di hari kedua, hanya saja pembalap-pembalap yang melakukan restart lewat Rally-2 start pertama, dengan pembalap yang pertama kali gagal menyelesaikan hari kedualah yang start di urutan pertama.
Di hari terakhir pembalap-pembalap yang restart juga akan menjadi penyapu jalan, hanya saja setelah itu urutan start ditentukan oleh hasil setelah hari kedua yang diputarbalikkan.
Sedikit tweak di musim ini: Pembalap-pembalap yang restart dipindahkan ke urutan belakang, yang berarti pemimpin klasemen akan menjadi penyapu jalan dalam 2 hari pertama pada suatu reli.
Failed Success?
Sebastien Ogier sudah mengkritik regulasi 2014 bahkan sebelum aturan tersebut diimplementasikan. Bukan hanya Ogier, semua tim yang berkompetisi di WRC juga khawatir bahwa regulasi tersebut akan mempengaruhi level kompetisi.
Setahun kemudian Andreas Mikkelsen mengkritik kebijakan tersebut, mengatakan bahwa aturan tersebut membuat situasi menjadi 'seperti di sebuah pertandingan sepakbola dimana wasit memberikan kebebasan lebih kepada sang lawan'.
Secara umum, Ogier dengan Volkswagen merupakan pihak yang mengkritik paling keras kebijakan tersebut. Itu tidak masalah. Yang menjadi masalah adalah: Apakah kritikan tersebut tepat sasaran?
Perlu kita ketahui bahwa mereka berdua mendominasi WRC sejak 2013, dan menyebabkan level kompetisi sedikit menurun karena kita lebih mudah memprediksikan siapa pemenangnya. Kalau bukan Ogier, ya VW. Sejak tahun 2013 dengan 4 reli, hanya 5 diantaranya pemenangnya bukan pembalap VW.
Dan, mereka masih dapat menang meskipun mereka dirugikan dengan regulasi tersebut. Jadi, kesimpulan saya adalah selama level kompetisi masih kurang seimbang, FIA tidak perlu untuk kembali menggunakan Qualifying Stage, atau solusi lainnya.
No comments:
Post a Comment